Serangan dari Babel sudah berada di depan mata. Hal ini membuat Raja Zedekia berusaha mencari cara untuk menangani situasi yang menegangkan bagi kerajaan Yehuda. Salah satunya adalah dengan mengirim utusan kepada Nabi Yeremia untuk mencari tahu petunjuk Tuhan melaluinya. Hal ini sungguh bertentangan dengan sifat asli Raja Zedekia. Dalam 2 Taw 36:12 dikatakan bahwa Raja Zedekia melakukan yang jahat dihadapan Tuhan dan tidak merendahkan diri di hadapan Nabi Yeremia. Tekanan yang luar biasa hebat akhirnya membuat raja ini merendahkan diri di hadapan hamba Tuhan. Raja Zedekia berharap agar Tuhan melakukan keajaiban seperti dahulu, tetapi jawaban yang didapat adalah Tuhan berpihak kepada Babel dan akan memerangi Yehuda sehingga Yehuda dikalahkan. Jikalau dahulu, dalam Ulangan 5:15, Allah berperang bagi umat-Nya dan membebaskan mereka dari tempat perbudakan Mesir, kali ini Allah akan membawa mereka ke negeri pembuangan.
Nasi telah menjadi bubur, demikianlah kira-kira situasi yang terjadi yang sudah tidak dapat diubah lagi. Allah telah berulang kali memberitahukan bahwa ketidaktaatan mereka dapat membuat Allah murka, tetapi para pemimpin tidak peduli. Mereka lebih memilih beribadah kepada berhala yang mati daripada beribadah kepada Allah yang hidup. Itu berarti bahwa mereka memilih kematian.
Raja Zedekia berharap bahwa Tuhan akan melakukan keajaiban bagi dirinya seperti yg pernah dilakukan Tuhan kepada umat-Nya dahulu. Merupakan suatu kebodohan bila kita berharap agar Tuhan melakukan sesuatu bagi kita seperti yang Dia lakukan kepada umat-Nya dahulu, tetapi kita tetap mempertahankan kesalahan kita.
Hidup Orang Percaya
Raja Yoyakim adalah keturunan raja Yosia, tetapi hidupnya tidak seperti ayahnya yang taat kepada Tuhan. Kejahatannya tercatat dalam 2 Raja-raja 24, yaitu melakukan kejahatan seperti Raja Manasye dan banyak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah. Di dalam Yeremia pasal 22, Tuhan mencela cara Raja Yoyakim menggunakan kekuasaannya untuk melakukan ketidakadilan. Dia memeras rakyat Yehuda agar bisa memberikan pajak kepada bangsa Mesir (2 Raj 23:35).Raja Yoyakim adalah seorang raja yang tamak. Di tengah situasi krisis pada masa itu, dia lebih mengutamakan pembangunan istananya dengan memakai kayu-kayu aras yang mahal (Yeremia 22:15). Mungkin dirinya ingin mengulang kehebatan Raja Salomo yang membangun istananya dengan kayu aras. Dalam pembangunannya pun, dia tidak peduli jikalau harus memakai tenaga orang tanpa mebayar. Sesungguhnya, tindakan Raja Yoyakim ini melanggar hukum yang ditetapkan Tuhan tentang membayar upah pekerja (Imamat 19:13).
Raja Yoyakim tidak peduli dengan penderitaan orang-orang di sekitarnya. Dirinya hanya memikirkan kesenangan pribadi. Allah menilai kehidupan Raja Yoyakim yang penuh dengan ketamakan ini sebagai hidup yang tidak mengenal Allah. Bagi Allah, orang yang benar-benar mengenal Dia pasti akan melakukan keadilan dan kebenaran, seperti halnya dengan Raja Yosia (Yeremia 22:16).
Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini, kehidupan Anda merefleksikan bahwa Anda adalah orang yang memiliki hubungan dengan Allah di dalam Yesus Kristus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar